IndoBRITA, Manado-Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) merupakan salah satu indikator daya saing suatu bangsa dan negara. Sayang di sektor ini, Indonesia ketinggalan jauh dari negara lain.
Demikian disampaikan Herry Sulardi, Kepala Seksi Kompetensi SDM Direktur Jenderal SDM Iptek dan Dikti di sela-sela pelaksanaan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penguatan Metodologi tingkat nasional, Selasa (28/11/2017) di Hotel Aryaduta.
“Iptek kita bergerak sangat lambat. Penyebabnya karena dana anggaran penelitian dan pengembangan yang sangat minim,” kata Herry.
Saat ini, anggaran penelitian dan pengembangan menurut dia tak sampai satu persen dari APBN. Angka ini sangat kecil dibandingkan dengan negara ASEAN lainya seperti Malaysia, Singapura dan Thailand yang di atas satu persen.
“Jangan bandingkan dengan Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan dan negara lainnya. Dengan beberapa negara ASEAN saja kita sudah ketinggalan,” ungkapnya.
Herry berharap postur anggaran untuk pengembangan Iptek ini menjadi perhatian khusus. “Anggaran untuk Iptek itu harus ditambah. Kita harus berbuat sesuatu agar dapat meningkatkan daya saing,” ujarnya.
Birokrat low profile ini menuturkan pihaknya terus mendorong peneliti muda di seluruh Indonesia untuk meningkatkan daya saing melalui berbagai bimtek, pelatihan dan penulisan jurnal. Hanya saja harapan itu terkendala dana yang sangat minim.
“Tahun 2017 kami mengagendakan enam kegiatan berskala nasional.Tapi kendala pendanaan sehingga hanya empat kegiatan yang terlaksana,” ungkapnya.
Herry optimistis Indonesia akan mampu bersaing di level internasional kalau masalah pendanaan ini sudah teratasi. “Kualitas SDM kita sebenarnya tak kalah. Lihat di berbagai olimpiade, pelajar-pelajar Indonesia sering menjadi yang terbaik. Mereka ini perlu dibina dan diberi ruang untuk terus mengembangakan diri,” katanya. (hng/adm)