indoBRRITA, Sangihe – Operasi Daerah Selesaikan Kemiskinan (OD-SK) di Provinsi Sulawesi Utara merupakan program unggulan pemerintahan Olly Dodokambey dan Steven Kandow, program OD-SK berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada.
Kenyataan yang ditemukan di lapangan pengadaan baju batik yang berlogo OD-SK untuk SMA/SMK menjadi perbincangan hangat kalangan siswa maupun orang tua siswa yang dinilai sangat memberatkan.
“Kami semua sekolah tingkatan SMA/SMK wajib mengambil batik berlogo OD-SK dan itu tidak gratis. Kalau sekolah dibebani lagi biaya membeli batik, otomatis pembebanan biayanya diberikan kepada siswa. Sebab sekolah tidak memiliki anggaran untuk pembelian batik,” jelas salah satu guru SMK yang enggan namanya dipublikasikan.
Hal serupa juga dikeluhkan para orang tua siswa yang terbebani dengan adanya pengadaan batik tersebut.
“Kami dibebani biaya pembayaran seragam batik baru dengan harga Rp 90 ribu, belum lagi masih membeli seragam yang lain seperti pramuka, putih abu-abu dan seragam olahraga. Darimana kami harus mendapatkan biaya tersebut, sedangkan untuk menyekolahkan anak saja kami merasa sangat kesulitan,” kata salah satu orang tua siswa.
Menyikapi hal ini Ketua LSM Lapek H Asiz Janis berharap program OD -SK dikembalikan pada tujuannya. Sebab kalau seperti ini pelaksanaannya maka pemerintahan OD-SK sama artinya memiskinkan masyarakat Sulut.
“Jangan hanya menang pada slogan mengentaskan kemiskinan namun pada realita yang ada justru kian memiskinkan masyarakat. Buktikan program OD-SK tersebut bentuk dan upaya pengentasan kemiskinan bukan menjadi tujuan sekelompok orang atau hanya sebagai slogan semata,” tandas Janis. (nty)