Yang Tersisa dari Perayaan Jumaat Agung di Jemaat GMIM Bukit Zaitun Sea
indoBRITA, Minahasa-Perayaan Jumat Agung di Jemaat GMIM Bukit Zaitun Sea Mitra beberapa waktu lalu menyisakan cerita iman. Ceritanya bermula dari rencana dadakan Pria Kaum Bapa (PKB) Kolom 4 Jemaat GMIM Bukit Zaitun Sea Mitra berjalan di bawah guyuran hujan dan angin.
Hujan dan angin kencang pada Jumat (29/3) mulai pukul 21. 55 sampai sekitar pukul 22. 40 WITA bak drama yang menegangkan.
Apalagi Lerry Sumangkut, Koordinator Pria Kaum Bapa (PKB) Kolom 4 Jemaat GMIM Bukit Zaitun Sea Mitra ini memilih tetap disalibkan. Keputusan ini membuat kekhawatiran bagi jemaat kolom 4, karena saat itu turun hujan dan kencang.
Beberapa anggota jemaat menyarankan Sumangkut agar membatalkan niatnya, mengingat resiko. “Sejak Perjamuan Kudus sore hari cuaca sudah tidak menentu, karena itu kami menyarankan Pak Lerry jangan naik, apalagi salib itu cukup tinggi, sekitar 6 meter, “jelas James Mandagi salah satu PKB Kolom 4.
Senada dengan itu, Taslim Sirih, Didi Toar, Jouce Pangkey mengatakan sudah memberikan pertimbagan, namun Lerry tetap naik.”Om Lerry tatap bilang mo nae; padahal ujang deng angin kata Taslim Sirih bersama Didi Toar dan Jouce Pangkey. Sumangkut juga mengaku sempat khawatir. Memang ketika hujan kembali turun dan angin kencang saya sempat ragu, apakah tetap naik atau tidak. Istri juga sempat melarang, ” tutur pria berusia hampir 58 tahun ini.
Dalam situasi itu dia mengaku mendapat kekuatan setelah berdoa. “Ya setelah berdoa saya dapat kekuatan. Saya pasrahkan seluruhnya kepada Tuhan Yesus, “tambahnya.
Tepukan tangan terdengar menyemangati selama Sumangkut menaiki salib dan berada pada posisi berdiri.
Namun hanya beberapa menit situasi berubah menjadi tegang karena hujan fan angin bertambah deras dan angin makin kencang. Tidak sedikit jemaat yang terlihat berdoa.
Sementara di kayu salib Sumangkut kelihatan mulai gemetaran setelah sekitar 45 menit bertahan di tengah hujan dan angin kencang.”Om Lerry turun jo, biar itu panitia biar nda nilai nda apa-apa, ” terdengar teriakan seorang ibu.
Penatua dan Syamas kolom 4, Tini Salaki-Mogea dan Syulinda Sumampouw-Selamat juga kelihatan tegang. Tidak heran saat Sumangkut turun dan menginjakkan kaki di daratan, 71 orang anggota jemaat spontan berdiri memberi aplaus dengan tepukan tangan dan teriakan gembira.
Tiga orang prajurit yang berperan sebagai penjaga juga menyambut rekan mereka sambil tertawa. “Eh om Lerry minta maaf ne, rupa so talalu kuat kita ada skop tadi, ” ujar Bastian Willem didampingi Jhon Sumampouw dan Indra Tawaang.
Sumangkut mengaku tidak gampang menahan rasa dingin. “Ado memang so totofore tadi, waktu baru mo turun amper jatu, tapi ada pengalaman iman. Ini perankan perankan Raja Dunia. Makaseh pa Tuhan Yesus, ” ujar Sumangkut kepada Indobrita Selasa (2/4).
Syamas Syulinda mengaku cukup kaget ketika mengetahui ada anggota jemaat yang akan naik disalib yang terbuat dari baja ringan.
“Rencana itu memang dadakan oleh bapak-bapak di kolom dan mereka sengaja tidak memberi tahu kami. Memang malam itu ada penilaian taman Paskah. Syukur akhirnya bisa berjalan dengan baik. Lebih dari itu ini jadi pengalaman iman bagi kami dan jemaat, “jelas Syulinda Selasa (2/4) kepada Indoberita.
Walau tidak ekstrim seperti yang sering dilakukan di Filipina, namun kejadian di Desa Sea Mitra cukup mengagetkan. “Soalnya itu dorang bekeng malam, deng ujang keras; ba angin baru itu salib cukup tinggi, “ujar Jerry Wallo warga Sulawesi Utara kini di Jakarta. Wallo mengaku tahu kejadian ini dari media sosial. (4rl).