Surya Paloh dan Gerakan Politik Tanpa Mahar

Greinny Sambur (foto: dok)

Oleh Greinny Sambur

SIAPA pimpinan partai politik yang Anda kagumi? Salah satu pemateri dalam diskusi bertajuk Membudayakan Politik Tanpa Mahar yang digelar Sulut Press Club (SPC) belum lama ini di salah satu hotel di Manado memberikan pertanyaan itu.

Bacaan Lainnya

Peserta diskusi tentu saja punya jawaban berbeda-beda. Tergantung siapa sosok yang dikagumi. Saya memilih Surya Paloh (SP). Mengapa SP? Karena dia yang memulai gerakan politik tanpa mahar itu melalui Partai Nasdem.

Saya tahu itu karena mengikuti kiprahnya bersama Partai Nasdem beberapa tahun terakhir. Ia mendukung kepala daerah  tanpa syarat, tanpa biaya. Asalkan ttrack record sang calon bagus dan disenangi masyarakat, pemilik Media Indonesia dan Metro TV ini pasti mendukung.

SP dan Nasdem biasanya mengutus tim lebih dulu untuk mengetahui tingkat kesukaan masyarakat, termasuk reputasi para kaididat. Tim ini kemudian menyampaikan data ril lapangan.

Dari data tersebut, SP dan Nasdem tahu bagaimana bersikap sesuai aspirasi masyarakat. Karena itu, Nasdem sering lebih dulu mengumumkan calon yang akan diusungnya. Tanpa sang calon mendaftar atau bermohon, Nasdem sudah meminang dan mengumumkannya ke publik.

Pilgub DKI, Pilgub Jatim dan Pilgub Jabar adalah contoh di mana Nasdem yang pertama mengumumkan ke publik tentang sosok yang dijagokan. Ridwan Kamil, Kofifah dan beberapa kepala daerah yang terpilih bisa saja gagal melangkah ke arena Pilkada jika bukan karena sokongan tanpa syarat SP dan Nasdem.

Baca juga:  Jabatan Ada Masanya, Kekuasaan Bukan Milik Selamanya

Gerakan politik tanpa mahar tersebut menandai era baru demokrasi Indonesia. Era tanpa mahar, tanpa setoran, tanpa mengharuskan sang calon menjadi kader partai dan tanpa  embel-embel lain itu terbukti mengantar Nasdem menjadi pemenang Pilgub terbanyak di Pilkada serentak 2018. Nasdem memenangkan 11 Pilgub di seluruh Indonesia mengalahkan partai-partai besar lainnya.

Kemenangan di sejumlah Pilkada tersebut berimbas pada naiknya elektabilitas Partai Nasdem. Testimoni Ridwan Kamil dan beberapa figur yang menjadi pemenang Pilkada makin menguatkan gerakan politik tanpa mahar yang diperjuangkan SP dan Nasdem.

Gerakan yang terus tersosialisasi itu meluas. Beberapa politsi hebat pindah haluan dan memilih berlabuh di Partai Nasdem karena tertarik dengan politik tanpa mahar tersebut.

Gubernur Sulsel Yasin Limpo dan sejumlah tokoh nasional sudah bergabung dengan partai bentukan SP ini. Di Sulut, tiga kepala daerah yakni Vonnie Panambunan, Tatong Bara dan Yasti Supredjo sesuai berita di sejumlah media juga sudah menjadi kader Nasdem. Padahal ketiganya dulunya adalah pemimpin partai besar.

Kondisi ini tentu menguntungkan SP dan partainya jelang Pileg dan Pilpres 2019. Opini yang sudah terbentuk kalau Nasdem partai bersih, partai yang tak memungut biaya sepeserpun kepada calonnya, baik di tingkat eksekutif maupun legislatif, memberi efek luar biasa.  Nasdem makin dicintai masyarakat, terutama di kalangan pelajar, mahasiswa dan cendekiawan.

Asal SP dan seluruh jajaran Partai Nasdem dari pusat sampai daerah terus mengkampanyekan gerakan ini, menyentuh masyarakat dengan program pro rakyat dan terukur, memunculkan kandidat bersih, pintar dan disukai semua kalangan, saya percaya politik tanpa mahar akan menjadi gerakan bersama.

Baca juga:  Elektabilitas YSK di Pilgub Sulut Meningkat, Satu-satunya Calon Gubernur ada di Istana Presiden

Di sisi lain partai yang masih menerima setoran, memperoleh mahar baru mau mengusung calon di arena Pilpres, Pileg dan Pilkada di semua tingkatan pasti akan tergerus. Kandidat yang hanya bermodalkan setoran dan fulus juga pasti terlibas.

Saya berharap gerakan politik tanpa mahar ini bisa menginsipirasi  penyelenggara Pemilu untuk membuat regulasi  menghilangkan praktek money politics yang terjadi secara ‘telanjang’ di depan publik.  Bahwa KPU sebagai institusi penyelenggara Pemilu sudah mengeluarkan aturan yang tidak membolehkan mantan napi korupsi maju caleg itu awal yang baik. Saya menghargainya. Tapi, saya kira itu tak cukup.

Harus ada regulasi yang bisa menangkap dan memenjarakan kandidat yang bagi-bagi uang dan sembako secara terang-terangan. Regulasi yang tegas, ketat dan diberlakukan secara menyeluruh menghasilkan iklim demokrasi sehat dan berkualitas.

Selanjutnya iklim demokrasi yang sehat akan memunculkan pemimpin dan wakil rakyat berkualitas. Saya percaya di tangan  pemimpin dan wakil rakyat berkualitas Indonesia akan meraih kejayaan. So, terus gemakan gerakan politik tanpa mahar.

Saya bukan kader Partai Nasdem, juga tidak terafiliasi dengan salah satu partai politik. Saya hanya juru warta yang ingin melihat Indonesia meraih kejayaaan. Terpanggil untuk menggelorakan gerakan ini karena ingin Indonesia menjadi lebih baik. (Penulis adalah Pemimpin Redaksi Megamanado, Indobrita Media Grup)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari INDO BRITA di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP

Pos terkait