indoBRITA, Manado-Kematian Jacob Tilaar atau JT (65 tahun) di ruangan IMC RSUP Kandouw Malalayang, Kamis (1/11/2018) malam dipertanyakan keluarganya. Bukan tak menerima takdir Ilahi, tapi keluarga almarhum menilai ada kejanggalan dalam penanganan pasien.
“Saat di dalam ruangan IMC, keluarga tidak diperbolehkan masuk untuk menjaga pasien. Namun, hanya kurang lebih dua jam, perawat memberitahukan kami kalau papa sudah meninggal,” kata Fransisca Salu, salah satu anak almarhum kepada wartawan di Manado, Jumat (2/11/2018).
Wanita yang berprofesi sebagai jurnalis ini kemudian menanyakan penyebab sang ayah meninggal. “Perawat bertutur kalau papa meninggal karena mencabut sendiri selang cuci darahnya,” ujar Siska didampingi sang suami Rein Kaminang.
Siska dan keluarga lainnya menilai ada ‘kejanggalan’dari keterangan perawat tersebut. “Kenapa di saat papa sedang dalam keadaan kritis, tidak ada satupun perawat atau dokter jaga yang memberikan informasi kepada keluarga. Padahal nomor telepon keluarga sudah diberikan kepada perawat. Jadi bilamana keadaan darurat, bisa langsung disampaikan,” paparnya.
Siska dan keluarganya kecewa karena pihak rumah sakit baru menghubungi saat sang ayah sudah dalan keadaan kaku dan meninggal. “Kami juga tak terima dengan pernyataan perawat yang menyebut papa mencabut paksa slang cuci darah,” katanya dalam intonasi tinggi.
Saat diminta meninggalkan ruangan IMC, keluarga, lanjut dia, sudah berpesan kepada perawat untuk mengikat tangan sang ayah. Permintaan itu disampaikan mengingat JT saat menahan sakit selalu menggerak-gerakkan tangannya.
“Kalaupun tangannya diikat seperti penuturan dari dokter jaga, kok bisa papa boleh mencabut slang cuci darah yang terpasang di paha sebelah kiri. Katanya tangan diikat,” ujarnya.
Siska dan keluarga lainnya menduga kematian sang ayah karena kelalaian dari dokter dan perawat jaga ruangan IMC RS Prof Kandouw.
“Kami anggap ini kelalaian. Di saat slang cuci darah dicabut, apa mereka langsung memberikan penanganan ? Terus dalam kodisi darurat seperti itu, mengapa mereka tidak menghubungi kami,” ucapnya.
Keluarga curiga tak ada satu pun perawat yang memerhatikan atau menjaga sang pasien saat hendak mencabut slang darah. “Mungkin mereka ketiduran. Saat terbangun dan mau melakukan pemeriksaan, papa sudah meninggal. Saat itulah mereka cepat menghubungi dan menyuruh kami untuk ke rumah sakit,” kata Siska.
Ia kemudian berkisah bahwa pasca sebelum dilakukan cuci darah, saat diperjalanan ke tempat pencucian darah, sang ayah sempat bersenda gurau dengan anak-anaknya. Rabu (31/10/2018) sekitar pukul 20:22 WITA korban nyanyi bersama anak-anaknya sambil transfusi darah berlangsung.
Ketika anak-anak ingin memberikan minum, perawat melarang. “Perawat mengaku biar mereka yang memberikan minuman,” ungkapnya.
Saat pasian dirawat di MC, keluarga pasien tak diperbolehkan masuk ruangan melakukan penjagaan. Ketika itu juga, pasien juga sudah berangsung membaik sehingga keluarga pulang rumah dulu. “Tapi, alangkah kaget dan sedihnya kami tatkala pada pukul 1.20 Wita, perawat menghubungi kami kalau papa sudah meningga,” kata Siska.
Sayang sampai berita ini diturunkan, pihak rumah sakit belum bisa memberikan klarifikasi. “Tanya ke bagian humas atau pimpinan. Tapi, kalau sudah malam begini sudah pulang,” kata salah satu perawat di RSUP Kandouw. (hng/adm)