Esensi Pemilu adalah Pertarungan Ide, Bara: Stop Gunakan Retorika Kekerasan

Bara Hasibuan Walewangko di Studio Kawanua TV (foto: Bara FB)

indoBRITA, Manado-Personil Komisi VII DPR RI Bara Hasibuan Walewangko berharap para elite tak lagi menggunakan retorika ngeri atau kekerasan selama kampanye.  Harapan itu disampaikan putra Minahasa asal Sonder ini saat bersantai dengan sejumlah aktivis di Manado, Sabtu (15/12/2018).

Wakil rakyat terbaik 2018 dari daerah Nyiur Melambai di Senayan versi Sulut Press Club (SPC) itu berpendapat retorika-retorika yang  mempromosikan kekerasan seperti potong leher, potong kuping dan armagedon harusnya tidak mempunyai tempat di Indonesia, terutama dalam konteks pemilu.

Bacaan Lainnya
Baca juga:  Kata Dosen Ilmu Sosial Politik Tentang Quick Count Pilkada Sulut

“Masyarakat kita masih rentan terhadap kekerasan. Demokrasi kita masih belum matang,” kata doktor lulusan Harvard University ini.

Mantan Sekjen DPP PAN yang diharapkan berbagai kalangan, khususnya masyarakat Indonesia Timur menjadi pimpinan DPR RI menggantikan Taufik Kurniawan ini mengaku kerap mendapat pertanyaan di daerah pemilihannya, Sulut  soal retorika elit yang memunculkan kebingungan, kesedihan dan kemarahan.

“Para elite punya tanggung jawab dan peran penting. Mereka harus menginspirasi rakyat untuk memandang proses pemilu dengan cara-cara damai bukan kekerasan,” ungkapnya.

Wakil Ketua DPP PAM ini  mengajak semua elemen membangun kultur politik yang beradab berdasarkan kedewasaan dan kedamaian. “Tugas elit adalah itu, bukan mempromosikan kekerasan,” katanya.

Baca juga:  Gelar Paripurna, Usulan Empat Calon Pimpinan DPRD Sulut Resmi Ditetapkan

Bara mengingatkan bahwa proses pemilu esensinya adalah battle of ideas atau pertarungan ide. “Pemilu bukan pertarungan fisik hidup mati seperti dalam konteks Armageddon. Ini yang harus dipahami,” ujarnya. (hng/adm)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari INDO BRITA di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP

Pos terkait