indoBRITA, Bitung-Hiruk pikuk perhelatan pemilihan kepala daerah di Sulawesi Utara tampaknya tidak luput dari perhatian para seniman yang berkumpul di North Celebes Creative Lab (NCCL). Dalam bincang ringan di ruang tengah NCCL, tampak penulis naskah Satria Yanuar Akbar didampingi oleh Viddy Supit, Jacq Lawalata dan Aktor serta sutradara muda Kota Bitung Hanung Prabowo berbincang tentang garapan karya yang akan dipentaskan. Sebuah naskah drama berjudul “Hikayat Dotu dan Kekuasaan”
Dalam wawancara, Satria menyampaikan keresahan terkait fenomena yang terjadi saat ini. Pengetahuan dan pendidikan tentang politik dan kekuasaan masih sangat lemah dikuasai oleh masyarakat, imbasnya terjadi sebuah euforia buta.
“Tanpa pengetahuan demokrasi akan penuh sesak dengan kemerdekaan dan kebasan yang ujungnya kekerasan dibenarkan atas nama kebebasan dan persamaan hak,” ujarnya, Jumat (23/10/2020).
Menimpali, Viddy Supit menyampaikan bahwa salah satu tugas seorang seniman adalah untuk memberikan pencerahan-pencerahan bagi masyarakat melalui karya yang dihasilkannya.
Hikayat Dotu dan kekuasaan adalah sebuah naskah drama 5 babak yang menceritakan tentang teori politik dan kekuasan, sang penulis ingin menyampaikan ramuan buah pikiran para filsuf seperti Socrates, Plato, Max Webber, Focoult, JJ Rusou, Montesqie, Mohammad Hata, Max Havelaar, Al Farabi dan Raja Ali Haji tentang politik dan kekuasan.
Naskah ini dituturkan dengan memadukan kearifan masyarakat Minahasa sebagai salah satu suku bangsa yang telah mengenal prinsip demokrasi sejak dahulu kala. Hanung Prabowo sebagai sutradara muda dari Kota Bitung didapuk untuk menyutradarai pagelaran yang akan melibatkan tujuh aktor dan dipentaskan dengan durasi kurang lebih 45-60 menit.
“Sebuah tantangan untuk menyederhanakan pesan-pesan yang berat dalam tampilan yang ringan agar dapat dimaknai oleh seluruh penonton,” ujarnya.
Pagelaran ini direncanakan akan dipentaskan berkeliling di kota Manado, Tomohon, Airmadidi dan Bitung dengan penonton terbatas dan penerapan protokol kesehatan. Akan juga disiarkan pagelaran secara virtual melalui akun sosial media NCCL. Terkait pelaksanaan dan pembiayaan, Viddy Supit menjelaskan bahwa kegiatan ini murni timbul dari keresahan para pelaku seni akan fenomena yang terjadi. Kegiatan keliling ini dibiayai secara swadaya dan terjadi dari dukungan para simpatisan yang tergerak atas ide dan gagasan tentang pentingnya pendidikan politik bagi masyarakat.
Menarik melihat sebuah proses kesenian dilaksanakan untuk turut membangun sebuah peradaban. Mari kita nantikan pagelaran “HIKAYAT DOTU dan KEKUASAAN” di bulan November nanti.(*)