indoBRITA, Amurang – Ahli Andalan KTNA Nasional George Jull Umpel angkat suara terkait kelapa. Menurutnya, soal harga naik turun adalah hal biasa. Tetapi, kalau sekarang kita lihat soal pangan yang semakin meningkat. Kebutuhan pangan dunia semakin tinggi. Sebab itu, harga kopra, tepung terigu kelapa semakin meningkat akhir-akhir ini.
‘’Sebab itu, sebagai tokoh tani menganjurkan kepada petani untuk terus melakukan peremajaan kelapa. Karena, kelapa berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya. Karena kelapa bagian dari pada pangan. Sehingga, siapapun membutuhkan pangan tersebut. Ingat, dunia membutuhkan itu,’’kata Umpel disela-sela minum kopi hangat di Kios Topas, Amurang, Rabu (28/10/2020).
Umpel menjelaskan lagi, oleh sebab itu, dianjutkan kepada petani terus lakukan peremajaan kelapa. Intinya, saat ini banyak petani membiarkan pohon kelapa. Padahal, terpenting disini adalah peremajaan pohon kelapa.
‘’Dimana, kalau ada perawatan pohon kelapa, pasti produksi kopra makin besar dan meningkat. Dan kalau naik turunnya harga kopra jelas Umpel itu biasa. Sekali lagi, itu soal biasa. Tapi, petani juga bangga dengan kenaikan saat ini,’’jelasnya.
Dikatakannya lagi, sejak dari dulu seperti itu. Tetapi sebenarnya, harga kopra yang paling layak itu harus setara dengan harga beras.
‘’Harga kopra, harus setara dengan harga beras. Itu adalah kualitas dan harga tertinggi. Ya, itu memang sejak zaman Belanda, harga kopra seperti itu. Sekali lagi, harga kopra setara dengan harga beras. Berapa harga satu liter beras, yaitu Rp 10 ribuan kan. Kalau saat ini harga Rp 9,600/pabrik, itu belum diatas dan masih biasa-biasa,’’ungkap tokoh pejuang Minsel.
Dijelaskan professor tani asal Minsel ini, bahwa kalau harga diatas, itu berarti kita makin makmur dengan kebutuhan bagus. Jadi kalau sekarang, itu belum capai maksimal. Sekali lagi, itu belum dan belum.
‘’Sekali lagi, kalau harga kopra sudah mencapai Rp 10 ribuan keatas, itu namanya capai harga normal dan standar. Jadi, standar harga kopra sesungguhnya setara harga beras baru bagus. Yang jadi masalah saat ini, itu sebenarnya soal buruh kepala semakin kurang,’’tegas Umpel prihatin.
Menurutnya, karena buruh kelapa makin berkurang , dianjurkan kepada pemerintah usahakan alat pemanjat kelapa. ‘’Ya, ada alat pemanjat kelapa. Dan pemerintah bisa mengadakan alat pemanjat kelapa. Alat pemanjat kelapa buatan India. Saat naik, orang (laki atau perempuan, red) tak perlu repot untuk mendapatkan kelapa,’’sebutnya lagi.
Oleh sebab itu, bila alat tersebut ada. Naik kelapa saja, bisa duduk dan santai dan hasilnya memuaskan. Tak perlu cari buruh kelapa, memang demikian seperti dikatakan diatas, kalau buruh kelapa kurang. Jadi, pemerintah pusat/provinsi dan kabupaten/kota usulnya sediakan alat diatas. (ape)