indoBRITA, AMURANG – Pasca munculnya buaya di DAS Ranoyapo, para penambang pasir mengaku enggan turun ke air. Pasalnya, mereka tak mau jadi korban. Diakui mereka, dari 20-an penambang yang biasa turun setiap hari. Sekarang tinggal tiga hingga lima orang yang turun, tapi hasilnya menurun.
Paulus Waney, salah satu penambang pasir di kuala Ranoyapo mengakui, awalnya sebelum dihebohkan munculnya buaya kami setiap hari bisa mengumpulkan kurang lebih empat kubik tiap hari. ”Tapi, saat ini terbalik tidak biasanya. Yaitu, untuk pasir yang diambil dari kuala tinggal sekitar satu kubik saja. Karena memang kami takut berlama-lama didalam air,”ujar Paulus saat diwawancarai awak media ini.
Paulus menjelaskan, hebohnya muncul buaya di kuala Ranoyapo membuat mata pencaharian berkurang. Sampai-sampai banyak kendaraan berpinda lokasi. Menjadi pertanyaannya kenapa hingga saat ini belum ada petugas penangkaran buaya yang turun melihat keadaan kuala Ranoyapo.
”Kami berharap ada tindak-lanjut dari pemerintah agar kami bisa dengan leluasa turun ke air untuk mendapatkan pasir. Namun, saat ini kami masih ragu untuk turun. Karena memang, kami masih takut jangan sampai kami jadi bulan-bulanan buaya,” kata Paulus mengaku ini bukan hoax.
Senada dikatakan penambang pasir lainnya Naro Pelealu, bahwa gara-gara munculnya buaya di kuala Ranoyapo, mata pencaharian kami jadi berkurang. ”Harapannya, sebagaimana kerinduan rekan penambang pasir lainnya sikap pemerintah untuk turun ke kuala dan mencari solusi dengan kasus diatas. Jangan biarkan ketakutan kami, membuat keluarga kami tak bisa makan. Sekali lagi, pemerintah kabupaten untuk melihat langsung keberadaan kuala biar kami selalu aman. Jadi, untuk saat ini sebagai penambang pasir belum aman,”jelas Pelealu.
Lain kata Alexander Tangahu, bahwa pemerintah secepatnya turun dan menanggulangi jangan sampai ada korban dimakan buaya. ”Jadi, kejadian munculnya buaya di sungai Ranoyapo khususnya di areal kelurahan Buyungon membuat warga setempat kaget. Sekali lagi, pemerintah cepat turun tangan biar kewaspadaan warga hilang. Dan para penampang pasir jadi leluasa beraktifitas di air,” sebut Nyong-panggilan Alexander.
Dari pantauan awak media ini, terlihat dengan jelas para penambang pasir lebih banyak duduk dibawah pohon tumbak dari pada melakukan aktifitas didalam air. Tapi, ada yang nekat turun ke air untuk mendapatkan rejeki, padahal menjadi ancaman berbahaya bagi mereka. (ape)