indoBRITA, Jakarta- Puluhan tahun nama Otto Cornelius Kaligis menghiasi pemberitaan. Ia tenar sebagai pengacara. Predikatnya pengacara nomor satu Tanah Air.
Nama besar OC Kaligis itu menjadi daya tarik pengacara muda dan mahasiswa hukum belajar di kantornya. Sebagian di antaranya sudah menjadi advokat ternama.
“Bang Hotman Paris sempat belajar di kantor dan orang beruntung menimba ilmu langsung dari Pak OC Kaligis,” ujar salah satu staf di Kantor OCK dan Associates, Jakarta, kepada indobrita dan emmc grup, Sabtu (20/7/2023).
Oce, sapaan akrab penguji Ph.D.atau calon doktor hukum di beberapa universitas ternama itu memang tak pelit berbagi ilmu. Ia senang jika didikannya menjadi sukses. Ada kebahagian tersendiri bagi pria berdarah Minahasa, kelahiran Makassar itu jika bisa mengantarkan didikannya menggapai kesuksesan.
Falsafah Sam Ratulangi, manusia hidup saling memanusiakan melekat dalam benaknya. Falsafah itu menjiwai baktinya.
Dalam keyakinan yang dianutnya juga ada perintah untuk mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Tak heran ia mengiringi kesuksesan dan berkat yang diterimanya dengan beramal.
Selain berbagi ilmu, Oce mendonasikan sebagian materi yang diterimanya untuk kalangan termarjinalkan. Ia juga menyumbang untuk yayasan amal, panti asuhan, pendidikan dan kegiatan lainnya.
Ia berdonasi tanpa gembar-gembor. Tak ada publikasi soal sumbangan yang ia berikan. Oce meyakini apa yang diberikan tangan kanan, jangan diketahui tangan kiri. Ia bersedekah dengan diam-diam. Makanya hampir tak ada pemberitaan soal aksi amalnya.
Jika kemudian kegiatan amalnya terendus, itu datang dari cerita orang lain, bukan dari mulut Oce sendiri. “Seingat saya, Prof OC Kaligis donatur dan salah satu penyumbang terbesar di Seminari Petrus Claver Makassar (SPC),” kata Jhon Kariadi, salah satu alumnus SPC.
Di Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut), ia pernah mendonasikan puluhan miliar pendapatannya untuk dunia pendidikan. “Prof OC Kaligis saat menang dalam perkara Pemkab Minahasa vs Newmon memperoleh kurang lebih satu juta dolar AS atau sekitar Rp15 miliar. Semua itu ia sumbangkan buat dunia pendidikan di Sulut lewat satu yayasan,” ujar Franky Sambur, salah satu tokoh pemuda Minahasa.
Sumbangan Oce kadang gila-gilaan. Nominalnya besar. Bukan untuk pamer, sumbangan tersebut sebagai bentuk rasa syukurnya atas segala kemudahan dan nikmat yang diberikan Tuhan dalam hidup.
“Ratusan bahkan ribuan orang pernah merasakan kebaikan Prof OC Kaligis. Ia memberi dengan ikhlas,” ucap Arny Christian, salah satu klien Oce.
Sisi lain kehidupan Oce ini memang jarang terekspos. Aksi amalya tenggelam dalam kebesaran namanya. Kebaikannya untuk sesama tersembunyi di balik gemerlap klien yang dibelanya.
Ya, media lebih suka mengangkat kebesaran Oce dalam dunia advokat. Menilik perjalanan karier, termasuk klien yang dibelanya, maka predikat pengacara terbaik, pengacara nomor satu, pengacara ternama dan pengacara termahal layak disandangnya.
Ayah dari artis Velove Vexia ini pernah menjadi kuasa hukum mantan Presiden Soeharto, mantan Presiden BJ Habibie, Ginandjar Kartasasmita, Beddu Amang, Mantan Kapolri Jenderal Dibyo Widodo, mantan Gubernur BI Aulra Pohan, mantan Dirut Bank Mandiri ECW Neloe dan Muhammad Nazaruddin.
Oce juga pernah menangani kasus-kasus yang melibatkan pengusaha terkemuka dan korporasi besar. Mulai dari Joko S. Tjandra (Mulia Group), Samadikun Hartono (Bank Modern), Kaharuddin Ongko (Ongko Group), Tommy Soeharto (Humpuss), Ricardo Gelael, Prada SA, Marubeni Korporasi, Diamond Cold Storage, Astro dan Bank Danamon lndonesia.
Di kalangan selebriti, Oce pernah menangani skandal video porno Ariel Noah bersama Luna Maya dan Cut Tari. Artis papan atas seperti Onky Alexander, Lidya Kandou , Zarima dan Marshanda juga kliennya.
Sementara untuk kasus-kasus luar negeri, Oce terpublikasi dalam penanganan Garnett Investment di Guernsey, Swiss, Sonira Foundation di Leichtenstein dan Moh. Said (pilot Garuda) di Belanda.
Terkini ia menjadi pengacara mantan Gubernur Papua Lucas Enembe dan Ketua DPD Gerindra, Prabowo Subianto. Meski sempat tersandung dalam kasus suap Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan, Sumatera Utara hingga dipenjara, pamornya tidak meredup. Informasi yang diperoleh indobrita dan emmc grup, puluhan mantan kepala daerah yang sedang bermasalah hukum, juga memakai jasanya.
Tak hanya orang besar dan perusahaan papan atas, Oce pun membela warga biasa. Pengacara kondang ini pernah memperjuangkan 35 sopir PPD yang menuntut pembayaran dana pensiun. Sayang dalam kasus ini ia kalah di Mahkamah Agung.
Sebagai aksi protes terhadap putusan tersebut, dia membayar sendiri ‘uang pensiun’ ke-35 kliennya hingga mereka meninggal dunia. Salah satunya untuk menentang bentuk ketidakadilan adalah dengan cara menulis surat pembaca yang dimuat di sejumlah media.
Selain berprofesi sebagai advokat, Oce mengajar di Sekolah Polisi Nasional (Sespim, Sespati), Lembaga Pertahanan Negara (Lemhanas), Universitas Trisakti, Universitas Katolik De La Salle dan Universitas Negeri Manado (Unima). Di Unima, Oce dikukuhkan sebagai guru besar pada 8 November 2008. Ia salah satu dari beberapa pengacara yang menyandang gelar guru besar.
Ia juga seorang penguji Ph.D di Universitas Arilangga dan Universitas Diponegoro, serta penguji LL.B. kandidat dari Universitas Tarumanegara. Namanya juga dikenal baik di kalangan penulis. Ratusan buku sudah ditulisnya.
“Saya juga seorang wartawan. Sayang saya belum sempat ikut ujian kompetensi jenjang utama,” kata Oce. (*/lex)