Oleh Alexander Mellese
NGOPI sore hari bersama Hanny Joost Pajouw (HJP) di salah satu café di Manado menginspirasi saya menulis topik ini. Yang hadir ketika itu puluhan sahabat. Beberapa di antaranya adalah Lock Kojongian, Didi Syafii, Maksi Sakul, Danny Kumajas, Stevi Pangkey, Adam Johanes, Evie Woy dan Iwan Moniaga.
Yang datang memang lebih banyak pendukung E2L-HJP. Namun ngopi sore itu tidak membahas strategi memenangkan keduanya. Ngopi hanya melepas penat setelah seharian beraktivitas.
Kami duluan datang. HJP 15 menit sesudahnya. Saat mengambil tempat duduk di samping Didi Syafii dan Danny Kumajas, Iwan bercelutuk. “Aduh so dorang dua itu yang bekeng kalah tiga kali pa Bos HJP di Manado,” canda Iwan dalam dialek Manado.
HJP tersenyum. Didi dan Danny juga tersenyum mendengar jok Iwan tersebut. “Tapi sekarang kami bersama HJP. Dia dan E2L serta Prabowo punya kesamaan. Ketiganya politisi dan petarung. Lebih dari itu mayoritas pemilih Prabowo-Gibran sesuai survei Poltracking memilih E2L-HJP,” ujar Didi merespon candaan Iwan.
Mantan anggota DPRD Manado itu benar. Survei terbaru poltracking memperlihatkan mayoritas pemilih Prabowo-Gibran di Sulut lebih memilih E2L-HJP. Tak dijelaskan secara detail mengapa pemilih Prabowo-Gibran lebih dominan mendukung pasangan yang diusung Partai Demokrat itu.
Tapi penelusuran saya di lapangan menghasilkan kesimpulan ini. Bahwa pemilih Prabowo-Gibran lebih percaya E2L-HJP mampu membawa Sulut lebih baik, lebih maju dan lebih hebat. Bahkan bukan hanya pemilih Prabowo, mayoritas masyarakat Sulut percaya E2L-HJP adalah pemimpin yang bisa diandalkan, pemimpin yang dapat menjembatani kepentingan semua kalangan.
Di sisi lain, E2L dan HJP memang punya kontribusi signifikan untuk kemenangan Prabowo-Gibran di daerah Nyiur Melambai. E2L dalam kapasitasnya sebagai Ketua DPD Demokrat melakukan kampanye akbar di lapangan KONI Sulut. Kampanye pemenangan Prabowo-Gibran tersebut disesaki massa. Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) selaku Ketua Umum DPP Demokrat ikut menyampaikan orasi.
Di kampanye tersebut, E2L dan Hillary Brigitta Lasut (HBL) berapi-api menggelorakan ajakan untuk masyarakat Sulut bersatu mendukung dan memenangkan Prabowo. Ajakan yang membakar semangat pendukung Prabowo-Gibran.
Kampanye itu diikuti dengan penetrasi relawan dan petugas partai secara masif di 15 kabupaten/kota se-Sulut. Kampanye tersebut tentu membekas di benak masyarakat Sulut. Bisa jadi karena faktor ini pula mayoritas pemilih Prabowo-Gibran lebih memilih E2L-HJP.
Jika E2L bergerak simetris dengan partai Demokrat untuk pemenangan Prabowo-Gibran, HJP bergerilya dengan caranya sendiri. Beberapa relawan dibentuk. Relawan yang sebagian besar adalah kalangan muda seperti Henro Kawatak dan Joudy Kalumata, dll.
Relawan-relawan bentukan HJP aktif mensosialisasian visi-misi Prabowo-Gibran. Tagline utama kampanye relawan HJP adalah saatnya putra terbaik Indonesia asal Langowan, Minahasa memimpin Indonesia.
Saya ingat di masa-masa kampanye Pilpres saat itu, HJP beberapa kali menelpon saya. Ia mengingatkan soal posisi strategis Sulut dan masa depan yang lebih cerah jika Prabowo menjadi Presiden RI.
Posisi strategis yang dimaksud HJP adalah Sulut bisa menjadi daerah penyanggah IKN Nusantara. Sulut, khususnya Langowan bisa menjadi daerah persinggahan. Sulut akan menjadi daerah penting setelah Jakarta dan IKN Nusantara.
Karena itu HJP meminta relawan all-out memenangkan Prabowo-Gibran. Survei Prabowo yang tinggi, di atas kedua pesaingnya tak membuat relawan jumawa. Semua aktif. Saya diminta HJP ikut membantu melawan hoax yang banyak menyerang Prabowo-Gibran.
Dengan pergerakan yang masif dan dukungan mayoritas rakyat Indonesia, termasuk di Sulut, HJP yakin Prabowo menjadi Presiden RI. Keyakinan yang terbukti karena Prabowo-Gibran akhirnya menjadi pemenang dengan prosentase di atas 50 persen. Pada 20 Oktober ini, Prabowo dan Gibran akan diambil sumpahnya memangku jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI. (Penulis adalah CEO Indobrita-EMMC Grup/Bersambung)