Oleh Alexander Mellese
TULISAN saya dengan judul Lionel Messi dan Prabowo Subianto di indobrita sebelum hari pencoblosan Pilpres 2024 juga datang dari hasil ngopi sore dengan Hanny Joost Pajouw (HJP). Saya dan HJP memang penggemar olahraga si kulit bundar. Kebetulan pula kami berdua mengidolakan Messi.
Sihir Messi di lapangan hijau, berbagai penghargaan yang sudah disabetnya dan kepribadiannya yang menggagumkan menempatkan Messi di atas pemain lainnya. Hanya satu gelar yang belum dimiliki Messi sebelum pesta sepak bola terakbar dunia di Qatar. Gelar itu adalah Piala Dunia. Serangkaian penghargaan yang sudah diraihnya dianggap sia-sia jika Messi tak bisa merebut trofi Piala Dunia.
HJP salah satu penggemar yang optimistis Messi mampu membawa pulang trofi tersebut dari Qatar. Begitu Argentina masuk final, dia menelpon saya. Ia yakin Argentina akan mengalahkan Prancis dan Messi membawa trofi serta penghargaan individu sebagai pemain terbaik turnamen.
Keyakinan yang terbukti. Argentina menjadi kampiun Piala Dunia Qatar dan Messi dinobatkan sebagai pemain terbaik. Gelar yang membuat suami Antonella itu menjadi satu-satunya pesepakbola yang meraih semua gelar bergengsi.
Ah kok jadi bahas Messi? Hanya intermezzo. Hanya ingin mengingatkan bahwa perjuangan meraih hasil terbaik kadang melalui jalan berliku. Butuh keseriusan, kesungguhan dan kesabaran untuk sampai di titik puncak seperti Messi.
Dengan skill yang luar biasa, Messi seharusnya sudah merasakan gelar Piala Dunia di masa-masa kejayaannya. Tapi takdir berkehendak lain. Dia baru meraih itu justru di penghujung kariernya, kala ia secara stamina tidak sebagus sebelumnya. Messi diuji. Dan ia melewati ujian dengan baik.
Perjalanan Messi di lapangan hijau rada-rada mirip dengan pejuangan Prabowo di panggung politik. Putra terbaik bangsa, sosok yang betul-betul mengabdikan hidupnya untuk orang banyak harus melalui jalan terjal baru tiba di kejayaan. Dalam bahasa Gus Dur, sosok paling tulus membangun bangsa.
HJP,termasuk juga saya percaya Prabowo akan mendulang kemenangan di Pilpres 2024. “Messi meraih trofi Piala Dunia di penghujung kariernya sebagai pemain. Feeling dan keyakinan saya juga Prabowo akan jadi Presiden RI di usianya yang tak muda lagi. Bro Alex bisa buat tulisan Messi dan Prabowo,” kata HJP saat kami menyeruput kopi di salah cafe di bilangan Jakarta Selatan. “Oke gas, Prabowo pasti jadi Presiden RI,” jawab saya merespon.
Tulisan Messi dan Prabowo akhirnya terpublish. Saya muat tiga kali. Sayang tulisan terakhir menghilang karena web yang sempat down atau error.
Seperti keyakinan banyak pihak, di antaranya saya dan HJP, Prabowo akhirnya memang menjadi pemenang Pilpres 2024. Prabowo bersama Gibran menang dengan prosentase di atas 50 persen.
Putra berdarah Banyumas dan Langowan itu baru merasakan manisnya kemenangan pada keikutsertaannya yang keempat kali di pentas Pilpres. Tiga kali kekalahan sebelumnya sangat menyakitkan bagi pendukungnya. Kekalahan yang juga tak diinginkan Prabowo sendiri.
Namun, ia tegar. Tak salah jika Lock Kojongian, Didi Sjafii dan Danny Kumajas saat kami ngopi sore menyematkan gelar petarung. Prabowo petarung sejati. Tiga kali tumbang, Prabowo tak patah arang. Ia bangkit. Ia juga tak melihat lawan sebagai musuhnya. Pun tak sakit hati ketika Jokowi yang dibantunya menjadi Gubernur DKI Jakarta menjadi lawan, bahkan dua kali mengalahkannya di ajang Pilpres.
Demi persatuan bangsa, Prabowo bahkan rela menjadi pembantu Presiden Jokowi. Ia menjalankan amanah dengan baik sebagai Menteri Pertahanan di Kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin. Dua tokoh bangsa yang akhirnya bersatu, meleburkan perbedaan dan pertentangan yang tajam di antara pendukung keduanya.
Dua tokoh bangsa itu pula bersatu di Pilpres 2024. Persatuan yang menghadirkan kemenangan mengesankan Prabowo-Gibran. Kemenangan yang melampui perkiraan. Diperkirakan menang di angka 52 persen, Prabowo-Gibran malah mencapai 57 persen.
Kemenangan itu pula pertanda Prabowo berhasil melewati ujian. Ujian kesabaran. Jenderal pencetus beasiswa supersemar itu diuji keseriusan dan seberapa besar kesungguhannya dalam pengabdian untuk bangsa dan negaranya. Seperti Messi yang tak bisa meraih Piala Dunia di masa keemasan, kala staminanya masih fit, tapi di justru di penghujung kariernya.
Ketika Prabowo memilih dan mengusung Jokowi di Pilgub DKI, tentu ia berharap bisa mendapat dukungan dari mantan Wali Kota Solo itu. Tapi harapan berbeda dengan kenyataan. Jokowi menjadi lawan dan mengalahkannya di Pilpres. Padahal era itu, kalau Jokowi tak ada, Prabowo hampir tak punya lawan. Ia diperkirakan akan melenggang mulus ke istana.
Namun begitulah hidup, termasuk di kancah politik. Ingat lagu manusia hanya mengira-ngira jalan, Opu Empung (Tuhan, red) yang menentukan. Orang percaya selalu mendaraskan kehidupannya pada kehendak Ilahi.
Prabowo saya yakin juga begitu. Dan Tuhan melihat kesabarannya. Kesabaran yang berbuah manis. Tanggal 20 Oktober ini ia akan dilantik menjadi Presiden RI bersama Gibran Rakabuming sebagai Wapres RI. **
Kepasrahan terhadap kehendak ilahi juga menjadi poin penting dalam perjalanan Elly Engelbert Lasut (E2L) dan HJP menuju pentas Pilgub Sulut. E2L tiga kali mengalami kegagalan sebelum bisa menjadi kontestan yang sesungguhnya. Ia gagal sebelum bertarung.
Baru Pilgub Sulut 2024 ini, E2L benar-benar bisa menjadi kontestan. Walau sebenarnya juga ia sudah pasrah kemungkinan akan kembali gagal. Ketika sejumlah partai yang awalnya memberikan rekomendasi menarik dukungan, E2L hanya bisa pasrah dan berdoa. Sebagai manusia dia sudah melakukan yang terbaik. “Kita mo bakobong jo,” ujar E2L saat saya temui di kediamannya.
Dalam kepasrahannya, Tuhan membuka jalan. Esoknya keluar keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang melonggarkan persyaratan. Cukup dengan Partai Demokrat, ia sudah bisa memenuhi persyaratan minimal 10 persen.
Saat yang lain menutup jalan, Tuhan membukakan pintu lainnya. Tak ada yang menyangka akan ada putusan MK seperti itu.
Sebelum putusan MK, beberapa pendukung kontestan lainnya menantang saya. Mereka ingin taruhan. Mereka sangat yakin E2L tak akan lolos.
“Dia tak boleh lolos. Kalau sampai lolos bahaya, E2L akan jadi pemenang. Jadi kita kunci jalannya,” begitu kata salah satu teman pendukung kontestan lainnya.
Tantangan tersebut tidak saya ladeni. Selain tak punya uang, saya memang tak bisa bertaruh seperti itu. Saya hanya meminta mereka bersabar sampai hari pendaftaran. Semua sudah ditakdirkan.
Saya sampaikan bahwa secara logika dan realita politik, masyarakat Sulut pasti sulit menerima kandidat dengan survei tertinggi digagalkan maju.
SBY juga tak akan membiarkan itu terjadi. Lha dari awal SBY dan AHY yang mendorong E2L maju Pilgub Sulut. Dorongan yang sama diberikan kepada Kofifah dan Emill Dardak di Jawa Timur karena survei yang sangat tinggi. SBY pasti mengupayakan kader terbaiknya untuk maju.
Ketika E2L mendaftar, SBY dan AHY memberikan suntikan semangat. “Partai Demokrat tak akan mengkhianati kemauan rakyat Sulut. Percayalah dukungan rakyat akan mengantarmu menjadi Gubernur Sulut,” kata AHY melalui telpon kepada E2L.
Ketika E2L mendaftar pula, rakyat Sulut bersukacita. Nyanyian Elly Lasut siapa yang punya, yang punya rakyat Sulut berkemundang. Nyanyian ini menggemuruh di hampir semua wilayah. Nyanyian yang menegaskan dahsyatnya dukungan masyarakat Nyiur Melambai untuk E2L. Nyanyian yang memberi pesan E2L dan HJP berkoalisi dengan rakyat. (Penulis adalah CEO Indoberita-EMMC Grup/Bersambung)