indoBRITA,melonguane- Jelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), warga di Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara, dihadapkan pada situasi sulit akibat kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis minyak tanah.
Kondisi ini menimbulkan keresahan dan keluhan di tengah masyarakat, terutama bagi mereka yang membutuhkan minyak tanah untuk keperluan memasak dan membuat kue Natal.
Kelangkaan minyak tanah ini juga berdampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Bagi para ibu rumah tangga, minyak tanah merupakan bahan penting untuk memasak makanan sehari-hari, terutama menjelang perayaan Natal. Kelangkaan ini membuat mereka kesulitan untuk mendapatkan minyak tanah dengan harga yang terjangkau.
“Minyak tanah sudah susah dicari, kalaupun ada harganya mahal sekali. Padahal, kami butuh untuk membuat kue Natal,” keluh Cici seorang IRT di Melonguane, ibukota Kabupaten Kepulauan Talaud.
Dampak kelangkaan minyak tanah juga dirasakan oleh sektor transportasi laut, khususnya bagi para pengguna jasa speed boat. Akibat minimnya pasokan minyak tanah, banyak speed boat yang terpaksa tidak beroperasi. Hal ini membuat harga penyebrangan melonjak drastis. Rute Melonguane-Lirung atau sebaliknya yang biasanya dibanderol Rp30.000, kini naik menjadi Rp50.000. Kenaikan harga ini menjadi beban tambahan bagi warga yang ingin bepergian antar pulau.
“Sekarang susah cari speed boat yang mau jalan, kalaupun ada harganya mahal sekali. Ini sangat memberatkan kami,” ujar seorang warga yang hendak bepergian ke Lirung.
Warga berharap pemerintah dapat segera turun tangan untuk mengatasi kelangkaan minyak tanah di Talaud. Mereka meminta agar pemerintah meningkatkan pengawasan distribusi minyak tanah dan memastikan ketersediaan minyak tanah di pasaran, khususnya menjelang Nataru.
“Kami berharap pemerintah bisa memperhatikan kondisi kami. Jangan sampai kelangkaan minyak tanah ini terus berlanjut dan semakin memberatkan kami,” harap warga.(liw)